5 Alasan Kopi Toratima Unggul dari Kopi Luwak
Tak salah kalau dunia menjuluki Indonesia adalah
negeri kopi. Setelah kopi Luwak, kini ditemukan lagi jenis kopi yang serupa
tapi tak sama, yaitu Kopi Toratima namanya. Keunikan kopi ini terbongkar saat inisiasi
Karsa Institute mengimplementasikan Program Peduli 2014-2016.
Sampai sejauh ini
kopi Toratima memang masih luput dari radar para pencinta kopi, karena habitat tumbuhnya terletak di desa
yang sangat terpencil di pedalaman Sulawesi Tengah, tepatnya di Kabupaten Sigi.
Kopi ini juga hanya diproduksi secara tradisional
dan musiman. Tapi sejak September 2016
ini, kandidat utama pesaing Kopi Luwak ini sudah mulai diperdagangkan di Kota
Palu dan sekitarnya dengan jumlah terbatas.
Lalu apa yang menyebabkan Kopi Toratima istimewa dan
patut anda coba?
#Pertama,
Kopi Toratima
adalah merupakan hasil fermentasi seperti pada kopi luwak. Tetapi bedanya, yang
melakukan tugas sebagai frementator adalah kelelawar (Microchiroptera), tikus hutan (Maxomys
hellwandii) tupai (Tupaiidae) dan
kera (Macaca nigra) yang endemik di
Sulawesi Tengah.
Mamalia
ini yang menyeleksi dan melumat kopi tersebut, dan memakan kulit kopi yang
manis, lalu memuntah kembali biji kopi yang sudah terkelupas menjadi beras-kopi
warna putih. Nah, biji kopi inilah yang
dipungut, dicuci bersih, dijemur dan tinggal disangrai saja. Kemudian ditumbuk dan
diracik secara tradisional oleh warga kulawi sebelum disajikan. Aromanya lebih
wangi dan rasa lebih enak berbanding kopi yang dipetik biasa.
#Kedua, secara geografis kebun kopi
yang menghasilkan ‘Kopi luwak’ ala Kabupaten Sigi ini, tumbuh di ketinggian
800-1200 mdpl. Tepatnya di Desa Porelea,
desa Peana, Lawe, dan beberapa desa yang berdekatan di Kecamatan Pipikoro,
Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Meski pun berasal dari benih kopi robusta tapi meninjau habitat tumbuhnya
tersebut, kopi ini adalah kopi kelas satu.
#Ketiga, kopi Toratima yang gurih dan
aromanya menggoda ini, mulai dari proses tanam, memelihara hingga pengolahannya
dilakukan secara organik, tanpa menggunakan bahan kimia atau pestisida. Dengan kualiti kontrol yang baik oleh kelompok
tani yang dilatih oleh lembaga swadaya
masyarakat setempat, produk kopi ini secara kualitas tidak diragukan.
#Keempat, mulai dari penanaman dan
pemanfaatan lahan menggunakan prinsip-prinsip konservasi, yaitu mempertahankan
hutan asli di wilayah desa sedangkan kopi ditanam di sela-sela pohon dengan
konsep agroforestry. Konsep ini akan membuat hewan-hewan yang
membantu produksi kopi Toratima tersebut tetap ada disana. Kawasan tersebut
bahkan menjadi daerah konservasi dan resapan air di wilayah sekitarnya.
#Kelima, ada bonus langsung jika anda
datang sendiri ke jantung produksi kopi Toratima ini, yaitu anda akan menikmati
eksotika wisata bentang alam yang menantang dari ketinggian puncak dan lereng
bukit sepanjang perjalanan menuju kebun kopi para petani di desa tersebut. Anda juga akan bertemu langsung dengan
masyarakat adat Topo Uma dan Kulawi Uma yang masih menjaga tradisi dan budaya
leluhur.
Dari
bandara di Kota Palu, anda bisa berkendara dengan mobil hingga ke Kota
Kecamatan Gimpu, dengan jarak tempuh sekitar 4 Jam saja. Nah, dari Gimpu untuk
tiba di kebun-kebun kopi tersebut, perlu 4 jam lagi perjalanan menggunakan
sepeda motor (ojek). Bagi para petualang, medan
seperti inilah yang dirindukan!
2 Komentar
-
Borneo Globe 30 Oktober 2021 pukul 02.23 TEsting-
Borneo Globe 30 Oktober 2021 pukul 02.35 ? ttt
-