Kopi Toratima, Penantang Kopi Luwak dari Sulawesi
Fermentator organik Kopi Toratima. Dok Karsa Institute |
Setelah dunia dimanjakan oleh rasa kopi luwak, kini
ditemukan jenis kopi yang serupa tapi tak sama dan tidak kalah nikmat dan
eksotik. Namanya kopi Toratima, yang
memang belum banyak diketahui oleh radar wisatawan.
Kopi ini menjadi istimewa karena hanya ada di Kabupaten
Sigi, Sulawesi Tengah, tepatnya di perbukitan, dalam kawasan beberapa desa di
Kecamatan Pipikoro yang hanya dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor atau
ojek.
Apa bedanya dengan Kopi luwak yang sudah termasyur itu? Kopi dihasilkan dari fermentasi yang dilakukan oleh kelelawar, tikus, atau tupai. Hewan-hewan tadi adalah fermentator yang memakan biji kopi yang sudah matang, melumat dan menelan kulit kopi yang rasanya manis. Setelah itu biji kopi yang sudah terkupas bersih seperti beras-kopi dan berwarna putih dimuntahkan lagi ke tanah. Nah, biji kopi inilah yang dipungut, dibersihkan dan tinggal diplah. Cuping hidung anda takan berhenti begerak, setelah mencum aromanya yang wangi saat disangrai dan ditumbuk. Soal rasa, jangan ditanya, ia 100 kali lebih mantap dibanding kopi yang dipetik biasa.
Kopi Toratima mulai diperkenalkan secara luas oleh Karsa Institute, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Palu, bulan Maret 2016 lalu. Festival ini dihadiri kepala daerah Sigi, jajaran petinggi satuan kerja perangkat daerah (SKPD), DPRD Kabupaten dan Provinsi dan para anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sulawesi Tengah, jurnalis, backpacker, cross biker dan tentu saja para pecinta kopi dari beragai daerah di Indonesia. Tidak kurang dari 3500 pengunjung hadir dan boleh mencicipi kopi Toratima dari 19 desa yang mengikuti acara festival.
Menurut Bupati Sigi Mohamad Irwan, secara statistik
ekonomi Kabupaten Sigi tahun 2015, jumlah produksi kopi Pipikoro belum terlalu
menggembirakan, yaitu hanya 152 ton per
tahun yang berasal dari 639 Hektare
kebun kopi warga disana. Namun dari tingkat produktivitas kata dia, hasil dari perkebunan
kopi di Pipikoro merupakan yang tertinggi di Kabupaten Sigi.
Masih terbatasnya akses jalan ke desa-desa tersebut menghambat
dikenalnya kopi ini di daerah lain. Kunjungan iccofeereview ke Desa Porolea, Lawed
an Peana beberapa waktu lalu memerlukan waktu
sekitar 7 jam perjalanan dari Kota Palu untuk mencapai desa ini. Dari kota Palu anda bisa naik kendaraan roda 4
menuju ibu Kota Kecamatan Gimpu. Nah dari Gimpu, harus naik ojek, melintasi
gunung dan ngarai yang terjal selama 4 jam lagi untuk tiba di lokasi kebun kopi
penghasil kopi Toratima yang berada di ketinggian antara 500-1200 mdpl.
Dahulu kopi Toratima tidak diperjualbelikan bebas, melainkan hanya dikonsumsi sendiri oleh petani dan disuguhkan pada tetamu terhormat dan disajika pada saat upacara adat masyarakat Kulawi Uma dan Topo Uma.